Minggu, 29 Januari 2012

Mengintip Pekerjaan Pertama para Milyuner dan CEO 'Besar'

Jakarta - Mereka kini menjadi CEO di perusahaan-perusahaan besar. Tapi siapa sangka dulunya mereka hanyalah seorang tukang masak ataupun tukang pengantar koran. Kerja keras dan nasib baik telah mengantarkan mereka hingga ke posisi puncak.

Siapa yang menyangka CEO Exxon Mobil Rex Tillerson dulunya adalah seorang pengasuh bayi.
Atau CEO JP Morgan Chase James Dimon yang ternyata dulunya adalah tukang menggoreng kentang.

Bagaimana para CEO dan milyuner dunia itu merintis karirnya? Berikut berbagai cerita tentang pekerjaan awal para CEO perusahaan-perusahaan besar dunia, seperti dikutip dari CNBC, Senin (30/1/2012).

1. Doug McMillon, President dan CEO of Wal-Mart Stores Inc
Doug McMillon pertama kali bekerja di Wal-Mart pada usia 17 tahun. Ia pertama kali bekerja di gudang Arkansas dengan upah US$ 6 per jam. Saat ini, McMillon menduduki posisi tertinggi di peritel terbesar AS itu. Meski demikian, ia mengaku banyak belajar dari pekerjaan pertamanya itu dan ia masih mengaplikasikannya pengalamannya itu saat memegang posisi puncaknya saat ini.


2. Michael Dell, Dell
Dell Inc, perusahaan teknologi informasi yang berbasis di Texas dinamakan sesuai dengan pendiri dan CEO-nya, Michael Dell. Dell didirikan pada tahun 1984. Pada tahun 2011, majalah Forbes memperkirakan kekayaannya mencapai US$ 15 miliar, sehingga Dell berada di jajaran orang terkaya di dunia. Perusahaannya berada di posisi ke-21 dari daftar Fortune 500. Michael Dell mulai bekerja dari usia 12 tahun, dengan mencuci piring disebuah restoran China. Upahnya ketika itu adalah US$ 2,3 per jam. Ia sempat dipromosikan menjadi 'busboy' alias tukang bersih-bersih di restoran tersebut. Namun sebelum menikmati kenaikan 'pangkat' itu, ia sudah terpikat oleh sebuah restoran Meksiko. Ia kemudian meninggalkan industri restoran dan mengambil pekerjaan di toko koin dan perangko langka, kemudian mencari pelanggan koran dengna telepon, hingga berusia 16 tahun.


3. John Dasburg, ASTAR Air Cargo
ASTAR Air Carko adalah maskapai kargo berbasis di Miami yang singggah di lebih dari 40 bandara, serta melayani penerbangan untuk Departemen Pertahanan AS. Pada usia 10 tahun, Dasburg mulai mencari uang dengan memangkas rumput-rumput di halaman tetangganya. Namun ia kemudian mengambil terlalu banyak pekerjaan dan menyadari bahwa tidak ada jalan ia mengerjakannya sendiri. Ia kemudian mulai 'mempekerjakan' beberapa temannya, dan mengambil sedikit bagian dari pembayaran.

4. T. Boone Pickens, BP Capital Management
T. Boone Pickens adalah CEO of BP Capital Management. Menurut majalah Forbes, kekayaan Pickens mencapai US$ 1,4 miliar. Ia mulai bekerja sejak usia 12 tahun sebagai pengantar koran di Holdenville, Oklahoma dengan pendapatan 28 sen per hari. Pickens menghargai pekerjaan dengan memberikan perasaan merdeka untuk pertama kalinya.

"Sejak saat itu saya tidak pernah menginginkan orang tua saya memberikan uang. Saya ingin mendapatkan uang sendiri," ujarnya.

Ia mengaku dengan mencoba menarik uang dari konsumen yang tidak mau membayarnya adalah sebuah pelajaran berharga. Anda harus gigih jika ingin mendapatkan tujuan Anda. Anda tak pernah tahu pekerjaan yang setiap hari Anda kerjakan akan menuntun Anda kemana, jadi Anda harus melakukan apapun untuk hal yang Anda kerjakan," kata Pickens.

5. Terry Lundgren, Macy's
Terry Lundgren adalah CEO of Macy's, Inc. Karirnya dimulai setelah kuliah, ketia ia bekerja untuk Federated Department Stores. Namun sebagai orang yang baru memulai pendidikan, ia merasa kurang yakin dengan apa yang ia kerjakan. Ia pada awalnya ingin belajar ilmu pengobatan hewan, namun setelah setahun dan bekerja menguliti kerang, ia mengubah bisnis utamanya.

Ia bergabung dengan Federated pada tahu 1975 dan bekerja untuk divisi Bullocks Wilshire di Los Angeleas. Pada tahun 2005, ia mengkoordinasi merger antara Federated dan May Department Stores Inc dan pada tahun 2007, entitas baru yang dikenal Macy's Inc berdiri. Dan kini, Macy's masih tetap salah satu peritel terbesar dunia.

6. Clarence Otis, Jr., Darden Restaurants
Clarence Otis, Jr.adalah CEO of Darden Restaurants, sebuah perusahaan berbasis di Florida yang mengoperasikan semacam pembukaan tempat makan malam seperti Oluve Garden dan Red Lobster. Pada tahun 2010, Orlando Sentinel menyebutkan sebagai salah satu orang paling berpengaruh di Florida Tengah. Ia mengelola 1.800 restoran dengna pekerja lebih dari 180.000 orang.

Ketika Otis bergabung dengan perusahaan itu sebagai keuangan pada tahun 1995, ia telah memiliki pengalaman di bidang jasa makanan. Pada usia 17 tahun, ia memulai pekerjaan pertamanya di restoran bandara Los Angeles dengan upah US$ 3,5 per jam. Ia mengatakan, melayani banyak orang dengan gaya pikiran yang berbeda-beda mengajarinya cara pendekatan yang berbeda untuk setiap situasi dengan pikiran dan gaya yang segar dan positif.

7. Jack Schuessler, Wendy's International
Wendy's International, Inc. adalah induk dari Wendy's yang merupakan restoran makanan cepat saji dan hamburger terbesar ketiga di dunia. Jack Schuessler telah bekerja di perusahaan itu selama 30 tahun dan sejak 2000 hingga 2006 menjabat sebagai CEO.

Pekerjaan pertama Schuessler adalah mengangkut kotak-kotak dari pabrik di St. Louis dengan upah US$ 2,45 per jam. Ia mengaku pekerjaan awalnya yang berulang-ulang secara moral lebih membunuh sehingga membuatnya sulit termotivasi selama 8 jam per hari. Meski tidak menikmati pekerjaannya, ia mengaku belajar banyak dari pekerjaannya itu. "Tunjukkan, Jika Anda tidak menunjukkan, Anda tidak akan dibayar".

8. Bill Watkins, Seagate Technology

Seagate Technology kini merupakan pembuat drive hard disk terbesar di dunia. Bill Watkins bergabung dengan perusahaan tersebut pada tahun 1996 dan karirnya terus meningkat hingga menjadi Presiden dan chief executing officer. Pada tahun 2004, ia adalah CEO hingga pensiun pada tahun 2009.

Karir Watkins sebelum di posisi puncak cukup unik.
Setelah lulus SMA pada tahun 1971, ia bergabung dengan tentara AS dan bekerja sebagai medis di pangkalan Missouri. Setelah meninggalkan pasukan AS, ia berkerja shift malam di rumah sakit jiwa dengan tanggung jawab menangkap pasien yang kabur.

Kemudian ia meninggalkan karirnya dan pergi ke California, sebelum akhirnya bekerja di produsen floppy disk Xidex di Silicon Valey. Sejak itu, ia menekuni pekerjaannya di sektor teknologi.


9. Michael Morris, American Electric Power
Michael Morris adalah CEO American Electric Power, salah satu pembangkit listrik terbesar AS yang menyuplai hingga 10% interkoneksi di kawasan timur AS, dan juga sumber tenaga listrik untuk 38% wilayah AS dan Kanada bagian Timur.

Morris memulai karirnya pada uais 11 tahun sebagai pengantar koran di Toledo Blade, Ohio dengan pendapatan US$ 5 per hari. Ia meyakini pekerjaannya itu membuatnya memiliki perilaku yang baik dan juga untuk industri. Kini, ia menerapkan kualitas tersebut untuk pekerjanya dan mempromosikannya setelah itu.

10. Susan Story, Gulf Power Company

Gulf Power Company adalah sebuah perusahaan elektrik yang berbasis di Florida. Mereka melayani 400.000 konsumen di wilayah seluas 7.000 mil persegi mulai dari Florida, Alabama hingga Teluk Meksiko.

Ia memulai pekerjaannya dengan menuliskan pengumuman untuk pernikahan, pertunangan. Ia mengaku pekerjaannya itu memberikan peluang untuk melihat tanggung jawab lain selain pekerjaan utamanya.

Kamis, 26 Januari 2012

Karena Aku Begitu Merindukan Surga

Terkisah seorang sahabat yang tengah menjenguk sahabat wanitanya. Sang sahabat tengah menderita penyakit parah sehingga membuatnya terbaring sakit bertahun- tahun. Tidak terhitung sudah, berapa banyak biaya dan usaha yang telah dilakukannya untuk berobat. Namun Allah belum menghendaki kesembuhan atasnya.
Disebuah kamar sempit itu, terjadilah perbincangan yang sangat menarik. Satu hal yang menjadi penasaran sang sahabat, adalah ketika melihat raut wajah sahabatnya yang sama sekali tiada tampak kekhawatiran di wajah sahabatnya yang sedang sakit itu. Dengan penuh kehati- hatian dia bertanya, bagaimana bisa kau sangat bersabar atas musibah yang menimpamu kali ini? dan bukankah ini sudah bertahun- tahun lamanya?
Sang sahabat yang tengah terbaring sakit itu tersenyum, dan menjawab...
Aku pernah membaca sebuah kisah, tentang seorang wanita di jaman Rasulullah. Wanita yang sangat sholihah, dan begitu merindukan syurga. Ibnu Abbas pernah berkata bahwa beliau ingin menunjukkan seorang wanita penghuni syurga kepada Atha bin Abi Rabah. Wanita itu bukanlah wanita cantik, atau dari kalangan terhormat, melainkan hanya seorang wanita hitam.
Suatu hari wanita itu datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disana dia berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap, di saat penyakitku kambuh. Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’ Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’ Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu dia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’ Maka Nabi pun mendoakannya.”.
Sambil terbaring ditempat tidurnya, wanita sahabatnya itu lalu berkata"Lalu apakah menurutmu aku juga tidak ingin mendapatkan surga seperti wanita itu?"
Dan Allahpun berfirman bahwa “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar, di dalam Al quran surat Al baqarah, ayat 153. Bagaimana pendapatmu jika kau mendapati Allah telah bersedia menjadi teman sejatimu, yang berarti itu adalah lebih baik dari pada kau miliki langit dan bumi ini, dan atau semua teman yang terbaik yang pernah ada dan pernah kau miliki?
Dengan tetap tersenyum, diapun melanjutkan...
Aku akan tetap bertahan dalam kesabaranku, karena aku begitu merindukan syurga. Apakah kau aku tahu tentang betapa indahnya surga? aku mendengar bahwa jika seseorang telah melihatnya, maka dia akan dapat melupakan semua kesengsaraannya di dunia. Dan ya, siapa lagi yang lebih bisa aku percaya dan aku pegang janjinya selain tuhanku sendiri. Maka dari itu tak apalah jika aku harus sakit di dunia ini, aku yakin ini hanya sebentar. Saat aku nanti sembuh, maka pelajaran atas sabar dan bersyukur insyaAllah akan selalu melekat di hatiku. Tapi jika Allah berkehendak bahwa hidpku hanya sampai disini saja, maka paling tidak dengan yang aku lakukan ini, bisa menjadi sedikit harapanku untuk nanti aku mendapatkan syurga, keindahan, dan kesehatan yang abadi kelak, di sana. InsyaAllah
Sang sahabat seakan tidak percaya dan hanya tertegun mendengarnya. Ini bukanlah tentang cerita pengantar tidur, ataupun dongeng yang enak di dengar telinga. Namun, ini adalah sebuah nasehat yang datang dari sebuah hati yang kecintaannya begitu besar terhadap Allah, dan kerinduan yang sangat Atas Syurga. Dan Kedamaian kata- kata itu bukan berasal dari orang yang segar bugar, namun justru berasal dari manusia yang sedang berkesusahan. Dalam hati sang sahabat lalu berdoa, semoga Allah juga menganugrahkan hati yang begitu sabar dan pikiran positif yang sangat kuat atas apapun takdir yang diberikan oleh Allah atasnya.

Rabu, 25 Januari 2012

Pemuda Yang Mendapat Perlindungan Allah Di Hari Kiamat

Daripada Abi Hurairah. r. a bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasalam bersabda: Ada tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindunganNya, yaitu, Imam (pemimpin) yang adil, Pemuda yang taat kepada Allah, Lelaki yang terpaut hatinya dengan masjid, Dua orang yang saling kasih-mengasihi karena Allah, Lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan cantik, lalu ia berkata: “Aku takut kepada Allah”, Orang yang bersedekah secara sembunyi sehingga tidak mengetahui tangan kirinya apa yang diberi oleh tangan kanannya, Orang yang bermunajat kepada Allah sambil menggelinangkan airmatanya. [Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dari hadist diatas disebutkan bahwa, orang yang akan langsung mendapat perlindungan langsung dari Allah yaitu " pemuda yang taat kepada Allah". Kenapa anak muda? dan kenapa bukan orang tua? Apakah kalo orang tua yang rajin ibadah, Allah nggak seneng? Iya pasti seneng . Tapi Allah akan lebih seneng kalau ada anak muda yang rajin ibadah. Ini karena kalau ada orang tua yang rajin ibadah mah itu udah pantes kali'. Emang udah waktunya. Bayangin ajah, ada orang yang sholatnya rajin, ke masjid tiap hari, sholat selalu tepat waktu, malam harinya selalu sholat tahajud, dzikirnya juga mantab, pas ditanya, umurnya berapa? 70 tahun. Nggak istimewa, itu memang sudah seharusnya. Lagian kalo udah 70 tahun tapi masih bandel, masih dugem, ngedrugs, ato gaul yah... itu mah namanya nggak sadar diri dunk, kapan mau tobat coba?. 
Nah akan sangat beda saat hal itu kejadian sama anak muda. Soalnya anak muda kan darahnya masih panas, semangatnya masih membara, dia masih mencari proses jati dirinya, dan logikanya pun masih sangat labil. Tapi disisi lain, dia sanggup memblokir nafsu dan keinginan duniawinya, dan menyalurkan semangatnya yang masih sangat hidup untuk hanya berada di jalan allah. Maka Allah akan sangat mencintai pemuda seperti itu. Sehingga nanti di akherat mereka langsung mendapat perlindungan dari Allah subhanahu wataala. Pren, Semoga kita semua termasuk dalam golongan itu y. So, kenapa nggak sekarang ajah kita mulai benahin diri, mumpung masih nafas kan?Daripada Abi Hurairah. r. a bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasalam bersabda: Ada tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindunganNya, yaitu, Imam (pemimpin) yang adil, Pemuda yang taat kepada Allah, Lelaki yang terpaut hatinya dengan masjid, Dua orang yang saling kasih-mengasihi karena Allah, Lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan cantik, lalu ia berkata: “Aku takut kepada Allah”, Orang yang bersedekah secara sembunyi sehingga tidak mengetahui tangan kirinya apa yang diberi oleh tangan kanannya, Orang yang bermunajat kepada Allah sambil menggelinangkan airmatanya. [Hadis Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dari hadist diatas disebutkan bahwa, orang yang akan langsung mendapat perlindungan langsung dari Allah, salah satunya yaitu " pemuda yang taat kepada Allah". Kenapa anak muda? dan kenapa bukan orang tua? Apakah kalo orang tua yang rajin ibadah, Allah nggak seneng? Iya pasti seneng . Tapi Allah akan lebih seneng kalau ada anak muda yang rajin ibadah. Ini karena kalau ada orang tua yang rajin ibadah mah itu udah pantes kali'. Emang udah waktunya. Bayangin ajah, ada orang yang sholatnya rajin, ke masjid tiap hari, sholat selalu tepat waktu, malam harinya selalu sholat tahajud, dzikirnya juga mantab, pas ditanya, umurnya berapa? 70 tahun.. hmm...nggak istimewa, itu memang sudah seharusnya. Lagian kalo udah 70 tahun tapi masih bandel, masih dugem, ngedrugs, ato gaul yah... itu mah namanya nggak sadar diri dunk, kapan mau tobat coba?. 
Nah akan sangat beda saat hal itu kejadian sama anak muda. Soalnya anak muda kan darahnya masih panas, semangatnya masih membara, dia masih mencari proses jati dirinya, dan logikanya pun masih sangat labil. Tapi disisi lain, dia sanggup memblokir nafsu dan keinginan duniawinya, dan menyalurkan semangatnya yang masih sangat hidup untuk hanya berada di jalan allah. Maka Allah akan sangat mencintai pemuda seperti itu. Sehingga nanti di akherat mereka langsung mendapat perlindungan dari Allah subhanahu wataala. Pren, Semoga kita semua termasuk dalam golongan itu y. So, kenapa nggak sekarang ajah kita mulai benahin diri, mumpung masih nafas kan?

Selasa, 17 Januari 2012

Atas Nama HAM, Izinkan Aku Pamer Aurat...!

By: Yulianna PS
Penulis Cerpen “Hidayah Pelipur Cinta”
Judul artikel ini gambaran dari generasi yang sakit akibat ulah manusia perusak moral yang melumuri zaman dengan kenistaan.
Pada zaman dahulu, wanita Indonesia identik dengan sifat malu. Mereka malu memakai busana minim dan malu berinteraksi dengan kaum Adam yang bukan mahram. Kaum hawa masa lalu bersikap sesuai etika ketimuran, yang menjaga sikap terhadap laki-laki, bukan karena jaim alias jaga imej, tetapi karena memang ada rasa malu menyelinap di dalam diri mereka.
Hari ini, manusia telah mengubah zaman, di mana para wanita dijadikan sebuah boneka. “Atas nama HAM, izinkan saya pamer aurat,” begitulah gambaran yang tepat aspirasi para wanita kebanyakan.
Atas nama kebebasan, wanita Indonesia tidak malu-malu melucuti busana di tempat umum agar disebut modern seperti wanita barat. Melalui dunia hiburan, propaganda barat telah sukses memalingkan muslimah Indonesia berkiblat kepada jurang kehancuran.
Barat berhasil menipu dunia, utamanya Indonesia. Di negara barat dan kroni-kroninya, wanita yang berani –maaf– telanjang di dunia akting merupakan kebanggaan, kategori wanita seperti ini bagi mereka layak menerima penghargaan bergengsi. Ironinya, Indonesia merupakan negara yang latah mengikuti budaya mereka. Budaya yang menjauhkan muslimah dari agamanya.
“Atas nama HAM, izinkan saya pamer aurat.” Pesan inilah yang membuat undang-undang pornografi dan pornoaksi mandul di negara kita. Walaupun jutaan umat mendukung, tidak akan aspirasi ini menjadi kenyataan. Faktanya dunia hiburan berupa media cetak dan elektronik semakin liar dan berani mengekspos aksi rendahan wanita.
Pelecehan terhadap wanita dengan kedok seni, mendorong wanita bangga memamerkan aurat. Aksi seronok yang pantas dilakukan wanita tuna susila, kini telah di lakukan oleh wanita penjaja akting. Generasi muda menjadi korban, ikut-ikutan bertindak seperti wanita penjaja akting, rusaklah negara, akibat tidak mampu mendidik wanita.
Islam Memuliakan Wanita
Islam sangat menghargai wanita, menjaga agar martabat wanita terangkat, bukan rendah layaknya sampah, atau menjadi boneka para manusia rakus. Apa artinya sebuah pamor, jika di dalamnya memaksa wanita merusak derajat dan martabatnya di hadapan masyarakat luas. Apa pula artinya ketenaran, jika di dalamnya menyuruh wanita bertindak melanggar norma-norma agama.
Bahagialah para wanita muslimah, ketika anak-anak, dalam lindungan keluarga, ketika beranjak dewasa atau baligh, diperintahkan menutup aurat, sebagai bentuk ketakwaan pada Allah sang Maha Pencipta. Dalam hijab, bukan hanya sekedar menutup aurat, tetapi merupakan cirri khas muslimah yang mudah terdeteksi identitas kemuslimahannya, hal ini sesuai firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 59:
“Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Ketika telah beranjak dewasa dan hendak menikah, wanita islam diperbolehkan memilih tanpa paksaan, mereka diperlakukan istimewa, dipilihkan lelaki baik yang menjaga kehormatan. Ia juga mempunyai hak meminta mahar (mas kawin) dan boleh membelanjakannya sesuka hati. Sungguh menyenangkan menjadi muslimah, ia tidak takut kekurangan cinta dan kasih sayang. Ia adalah saudara bagi muslim yang lainnya, sehingga jika ada gangguan dari orang jahil, maka kehormatannya wajib dibela.
Ketika telah menjadi seorang Ibu, kemuliaan wanita bertambah. Ia menjadi pembuka ridha surga Allah bagi anak-anaknya. Doa bagi anaknya tidak meleset. Islam memudahkan wanita yang berstatus Ibu, ia berhak mendapat nafkah dari suami. Dan baginya tidak ada kewajiban bersusah payah mencari makan. Baginya merupakan kehormatan, ketika kewajiban di dalam rumah diserukan, dengan tetap di dalam rumah akan terhindar dari sifat buruk berupa gossip, ghibah, foya-foya, dan sifat rendah yang mendatangkan madharat lainnya.
Kemuliaan lainnya, semakin lanjut usia mereka semakin dihormati, semakin besar pula hak mereka dan semakin berlomba-lomba anak-anak dan kerabat dekatnya untuk berbuat yang terbaik kepada mereka, karena mereka telah selesai melakukan tugasnya, dan yang tersisa adalah kewajiban anak-anak, cucu, keluarga dan masyarakat terhadap mereka.

Akhirnya, mewakili suara hati muslimah, penulis ingin mengatakan, ‘atas nama HAM, izinkan kami para wanita menutup aurat secara rapat’, atas nama HAM, jangan ganggu para muslimah dengan tuduhan miring yang mengait-ngaitkan dengan julukan teroris. Atas nama HAM, izinkan muslimah mendapatkan kebebasan berpakaian syar’i sesuai aturan syariat. [voa-islam.com]

Senin, 16 Januari 2012

Belajar dari katak

Sekelompok kodok sedang berjalan jalan melintasi hutan, dan dua
di antara kodok tersebut jatuh kedalam sebuah lubang. Semua kodok kodok yang lain mengelilingi lubang tersebut. Ketika melihat betapa dalamnya lubang tersebut, mereka berkata pada kedua kodok tersebut bahwa mereka lebih baik mati. Kedua kodok tersebut mengacuhkan komentar-komentar itu dan mencoba melompat keluar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada.
Kodok yang lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti melompat dan lebih baik mati.

Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengarkan kata-kata kodok yang lain dan menyerah. Dia terjatuh dan mati. Sedang kodok yang satunya tetap
melanjutkan untuk melompat sedapat mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok-kodok tsb berteriak padanya agar berhenti berusaha dan mati saja. Dia bahkan berusaha lebih kencang dan akhirnya berhasil.

Ketika dia sampai diatas, ada kodok yang bertanya, “Apakau tidak mendengar teriakan kami?”. Lalu kodok itu (denganmembaca gerakan bibir kodok yang lain) menjelaskan bahwa ia tuli. Akhirnya mereka sadar bahwa saat di bawah tadi mereka dianggap telah memberikan semangat kepada kodok tersebut.

Renungan :

Kekuatan hidup dan mati ada di lidah. Kekuatan kata-kata yang diberikan pada seseorang yang sedang “jatuh” justru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantu mereka
dalam menjalani hari-hari.

Kata-kata buruk yang diberikan pada seseorang yang sedang “jatuh” dapat membunuh mereka. Hati hatilah dengan apa yang akan diucapkan. Suarakan ‘kata-kata kehidupan’ kepada mereka yang sedang menjauh dari jalur hidupnya. Kadang- kadang memang sulit dimengerti bahwa ‘kata-kata kehidupan’ itu dapat membuat kita berpikir dan melangkah jauh dari yang kita perkirakan.

Semua orang dapat mengeluarkan ‘kata-kata kehidupan’ untuk membuat rekan dan teman atau bahkan kepada yang tidak kenal sekalipun untuk membuatnya bangkit dari keputus-asaanya, kejatuhannya, ataupun kemalangannya.

Sungguh indah apabila kita dapat meluangkan waktu kita untuk memberikan spirit bagi mereka yang sedang putus asa dan jatuh.

Wassallam

~ Semoga Bermanfaat ~

Kamis, 12 Januari 2012

Kalau Syiah Sesat, Mengapa Boleh Masuk Tanah Suci?

*Bismillahir rahmaanir rahiim*

Bertahun-tahun silam pernah diadakan diskusi antara seorang Ustadz dari PP Persis Bandung dengan Jalaluddin Rahmat (tokoh Syiah asal Bandung). Dalam makalahnya, Ustadz Persis itu tanpa *tedeng aling-aling* membuat kajian berjudul, “Syiah Bukan Bagian dari Islam”.


Ketika sessi dialog berlangsung, Ustadz Persis itu -dengan pertolongan Allah- mampu mematahkan argumen-argumen Jalaluddin Rahmat. Kejadiannya
mirip, ketika dilakukan diskusi di Malang antara Jalaluddin Rahmat dengan Ustadz-ustadz Persis Bangil; ketika merespon lahirnya buku *Islam Aktual*,karya Jalaluddin Rahmat.


Ada satu momen penting menjelang akhir diskusi di Bandung itu. Saat itu Jalaluddin mengatakan, “*Kalau memang Syiah dianggap sesat dan bukan bagian dari Islam, mengapa Pemerintah Saudi masih memperbolehkan kaum Syiah menunaikan Haji ke Tanah Suci?*”


Nah, atas pernyataan ini, tidak ada tanggapan serius dari para Ustadz diatas.


Dan ternyata, kata-kata serupa itu dipakai oleh Prof. Dr. Umar Shibah,tokoh Syiah yang menyusup ke lembaga MUI Pusat. Ketika kaum Syiah terdesak,dia mengemukakan kalimat pembelaan yang sama. “Kalau Syiah dianggap sesat,mengapa mereka masih boleh berhaji ke Tanah Suci?”


Lalu, bagaimana kalau pertanyaan di atas disampaikan kepada Anda-Anda semuawahai, kaum Muslimin? Apa jawaban Anda? Apakah Anda akan memberikan jawaban yang tepat, atau memilih menghindar?


Sekedar catatan, konon dalam sebuah diskusi antara Jalaluddin Rahmat dengan Ustadz M. Thalib (sekarang Amir MMI). Saat disana ada kebuntuan argumentasi, katanya Ustadz M. Thalib menantang Jalaluddin melakukan “diskusi secara fisik” di luar. Ya, ini sekedar catatan, agar kita selalu mempersiapkan diri dengan argumen-argumen yang handal sebelum “bersilat” pemahaman dengan orang beda akidah.


Mengapa kaum Syiah masih boleh masuk ke Tanah Suci, baik Makkah *Al Mukarramah* maupun Madinah *Al Munawwarah*?


Mari kita jawab pertanyaan ini:

*Pertama*, sebaik-baik jawaban ialah *Wallahu a’lam*. Hanya Allah yang Tahu sebenar-benar alasan di balik kebijakan Pemerintah Saudi memberikan tempat bagi kaum Syiah untuk ziarah ke Makkah dan Madinah.

*
*

*Kedua*, dalam sekte Syiah terdapat banyak golongan-golongan. Di antara
mereka ada yang lebih dekat ke golongan Ahlus Sunnah (yaitu Syiah
Zaidiyyah), ada yang moderat kesesatannya, dan ada yang ekstrim (seperti
Imamiyyah dan Ismailiyyah). Terhadap kaum Syiah ekstrim ini, rata-rata para
ulama tidak mengakui keislaman mereka. Nah, dalam praktiknya, tidak mudah
membedakan kelompok-kelompok tadi.

*
*

*Ketiga*, usia sekte Syiah sudah sangat tua. Hampir setua usia sejarah
Islam itu sendiri. Tentu cara menghadapi sekte seperti ini berbeda dengan
cara menghadapi Ahmadiyyah, aliran Lia Eden, dll. yang termasuk sekte-sekte
baru. Bahkan Syiah sudah mempunyai sejarah sendiri, sebelum kekuasaan
negeri Saudi dikuasai Dinasti Saud yang berpaham Salafiyyah. Jauh-jauh hari
sebelum Dinasti Ibnu Saud berdiri, kaum Syiah sudah masuk Makkah-Madinah.
Ibnu Hajar Al Haitsami penyusun kitab *As Shawaiq Al Muhriqah*, beliau
menulis kitab itu dalam rangka memperingatkan bahaya sekte Syiah yang di
masanya banyak muncul di Kota Makkah. Padahal kitab ini termasuk kitab
turats klasik, sudah ada jauh sebelum era Dinasti Saud.

*
*

*Keempat,* kalau melihat identitas kaum Syiah yang datang ke Makkah atau
Madinah, ya rata-rata tertulis “agama Islam”. Negara Iran saja mengklaim
sebagai *Jumhuriyyah Al Islamiyyah* (Republik Islam). Revolusi mereka
disebut *Revolusi Islam* (Al Tsaurah Al Islamiyyah). Data seperti ini tentu
sangat menyulitkan untuk memastikan jenis sekte mereka. *Lha wong*,
semuanya disebut “Islam” atau “Muslim”.

*
*

*Kelima*, kebanyakan kaum Syiah yang datang ke Makkah atau Madinah, mereka
orang awam. Artinya, kesyiahan mereka umumnya hanya ikut-ikutan, karena
tradisi, atau karena desakan lingkungan. Orang seperti ini berbeda dengan
tokoh-tokoh Syiah ekstrem yang memang sudah dianggap murtad dari jalan
Islam. Tanda kalau mereka orang awam yaitu kemauan mereka untuk datang ke
Tanah Suci Makkah-Madinah itu sendiri. Kalau mereka Syiah ekstrim, tak akan
mau datang ke Tanah Suci Ahlus Sunnah. Mereka sudah punya “tanah suci”
sendiri yaitu: Karbala’, Najaf, dan Qum. Perlakuan terhadap kaum Syiah awam
tentu harus berbeda dengan perlakuan kepada kalangan ekstrim mereka.

*
*

*Keenam*, orang-orang Syiah yang datang ke Tanah Suci Makkah-Madinah sangat
diharapkan akan mengambil banyak-banyak pelajaran dari kehidupan kaum
Muslimin di Makkah-Madinah. Bila mereka tertarik, terkesan, atau bahkan
terpikat; mudah-mudahan mau bertaubat dari agamanya, dan kembali ke jalan
lurus, agama Islam Ahlus Sunnah.

*
*

*Ketujuh*, hadirnya ribuan kaum Syiah di Tanah Suci Makkah-Madinah, hal
tersebut adalah BUKTI BESAR betapa ajaran Islam (Ahlus Sunnah) sesuai
dengan fitrah manusia. Meskipun para ulama dan kaum penyesat Syiah sudah
bekerja keras sejak ribuan tahun lalu, untuk membuat-buat agama baru yang
berbeda dengan ajaran Islam Ahlus Sunnah; tetap saja fitrah mereka tidak
bisa dipungkiri, bahwa hati-hati mereka terikat dengan Tanah Suci kaum
Muslimin (Makkah-Madinah), bukan Karbala, Najaf, dan Qum.

*
*

*Kedelapan*, kaum Syiah di negerinya sangat biasa memuja kubur, menyembah
kubur, tawaf mengelilingi kuburan, meminta tolong kepada ahli kubur,
berkorban untuk penghuni kubur, dll. Kalau mereka datang ke Makkah-Madinah,
maka praktik “ibadah kubur” itu tidak ada disana. Harapannya, mereka bisa
belajar untuk meninggalkan ibadah kubur, kalau nanti mereka sudah kembali
ke negerinya. Insya Allah.

*
*

*Kesembilan*, pertanyaan di atas sebenarnya lebih layak diajukan ke kaum
Syiah sendiri, bukan ke Ahlus Sunnah. Mestinya kaum Syiah jangan bertanya,
“Mengapa orang Syiah masih boleh ke Makkah-Madinah?” Mestinya pertanyaan
ini diubah dan diajukan ke diri mereka sendiri, “Kalau Anda benar-benar
Syiah, mengapa masih datang ke Makkah dan Madinah? Bukankah Anda sudah
mempunyai ‘kota suci’ sendiri?”


Demikian sebagian jawaban yang bisa diberikan. Semoga bermanfaat. Pesan
spesial dari saya, kalau nanti Prof. Dr. Umar Shihab, atau Prof. Dr.
Quraish Shihab (dua tokoh ini saudara kandung, kakak-beradik; bersaudara
juga dengan Alwi Shihab, Mantan Menlu di era Abdurrahman Wahid), beralasan
dengan alasan tersebut di atas; mohon ada yang meluruskannya. Supaya beliau
tidak banyak membuang-buang kalam, tanpa guna.

*
*

*Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.*

*
*

*Abahnya Syakir*

Syi’ah: Sejarah dan Perkembangan

Ini adalah tulisan pertama yang dibuat oleh Farid Ahmad Okbah. Beliau menulis
mengenai sejarah dan perkembangan syi’ah. Sebagai bahan tulisan, Farid
memberikan rujukan yang bisa saudara-saudara baca sendiri. Semoga
setelah membaca tulisan ini, saudara-saudara bisa mengerti kenapa kita
menolak syi’ah dan saya bisa katakan, syi’ah bukan bagian dari Islam.
Selamat membaca.
***
Pendahuluan
Mengkaji suatu aliran atau sekte diperlukan obyektifitas dan keluasan wawasan. Apalagi seperti aliran Syi’ah yang mempunyai sejarah yang
panjang dan referensi yang cukup banyak. Setuju atau tidak, apabila
membahas tentang Syi’ah akan tampak perbedaan bahkan permusuhan terhadap Ahlus Sunnah yang dianggap sebagai antitesa terhadap Syi’ah. Berbagai
pihak telah berusaha mengkompromikan antara dua aliran besar tersebut
dengan istilah Taqrib dan Forum Ukhuwah. Tapi kebanyakannya gagal, karena dianggap oleh pihak Ahlus Sunnah tidak fair. Sebab yang terjadi adalah Syiahnisasi Ahlus Sunnah. Boleh dikata usaha itu mengalami kegagalan. Perlu diketahui, dalam masalah ini apabila disebutkan Syi’ah yang dimaksud adalah Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah, Ja’fariyah yang dipegangi  olehIran.

Definisi Syi’ah
Syi’ah dari segi bahasa berarti pengikut, kelompok atau golongan. Syi’ah sendiri dari segi terminologi berarti satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib ra. dan
keturunannya adalah Imam-Imam atau para pemimpin agama dan umat setelah
Nabi Muhammad SAW.[1]

Sejarah Syi’ah
Para penulis sejarah tidak ada yang sepakat mengenai awal lahirnya
sekte Syi’ah. Hanya bisa disimpulkan ada tiga pendapat yang menonjol
menurut Ulama Syi’ah. Pendapat pertama, bahwa Syi’ah lahir
sebelum datangnya risalah Nabi Muhammad SAW. seperti yang diriwayatkan
oleh Al-Kulaini dari Abil Hasan as. berkata: ”Wilayah Ali tertulis
di seluruh suhuf para Nabi. Allah tidak mengutus Rasul kecuali dengan
(misi) kenabian Muhammad SAW. dan wasiat Ali as.[2]“. Tentunya pendapat ini bertentangan dengan misi para Rasul yang bertugas
menyerukan manusia hanya beribadah kepada Allah semata (QS.
Al-anbiya’:25 dan An-Nahl:36).

Pendapat kedua, bahwa Syi’ah lahir pada masa Nabi masih hidup. Pendapat ini dilansir oleh Al-Qumi, Al-Nubakhti dan Al-Raji [3]. Pendapat ini sulit dibuktikan, karena pada masa Abu Bakar dan Umar ra saja tidak dikenal adanya pengikut Syi’ah.  Pendapat ketiga, yaitu pendapat yang umumnya diketengahkan banyak para penulis Syi’ah bahwa
Syi’ah lahir setelah terjadi fitnah pembunuhan Utsman dan yang paling
menonjol bahwa Syi’ah baru muncul ke permukaan setelah dalam kemelut
antara pasukan Ali dan Muawiyah [4].

Syi’ah menurut penelitian Dr. Abdul Aziz Wali dalam disertasinya,
bahwa Syi’ah pada abad pertama masih sebatas pengutamaan Ali ra. atas
Utsman ra. Tidak sampai mengutamakan Ali ra atas Abu Bakar ra dan Umar
ra. Di antara tokoh Syi’ah yang menyatakan itu adalah Imam Sya’bi dan
Ja’far Ash-Shadiq. Hanya kemudian trend Syi’ah berkembang menjadi
madzhab tersendiri yang umumnya golongan Syi’ah ini tidak mengakui
kekhalifaan Abu Bakar,Umar, Utsman, Muawiyyah dan seterusnya Ali bin Abi Thalib dan keturunannya adalah Imam-Imam mereka [5].

Pendiri Syi’ah
Menurut penelitian Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI)
bahwa sementara pihak dari kalangan Syi’ah hendak mengatakan bahwa
Abdullah bin Saba’, sang Yahudi itu, bukan pendiri dan aktor intelektual Syi’ah. Bahkan, kata mereka, tokoh itu fiktif. Tetapi LPPI berhasil
menemukan 7 riwayat dari sumber Syi’ah dan 6 riwayat dari sumber Ahlus
Sunnah yang karenannya sulit dibantah kalau Abdullah bin Saba’ bukan
pendiri Syi’ah [6]. Bahkan Ibnu Taimiyah pernah mengatakan bahwa peranan Abdullah bin
Saba’,  si Yahudi, yang berpura-pura masuk Islam dan berhasil
memprovokasi sebagian umat Islam yang kemudian menjadi ajaran Syi’ah
itu, berhasil merusak Islam dari dalam sebagaimana Paulus, si Yahudi
itu, berhasil mengacak-acak agama Kristen.

Lebih dari itu, Syeikh Ahmad Al-Jumali dalam bukunya berjudul “Al-Badzlul Majhud fi Musyabahatis-Syi’ah bil Yahud” (Usaha Mencari Persamaan Syi’ah denan Yahudi), ditulis dalam dua jilid besar.

Perkembangan Syi’ah
Inti ajaran Syi’ah sebenarnya terletak pada masalah Imam yang mereka
pusatkan pada tokoh-tokoh Ahlul Bait. Imam itu tidak boleh di luar dari
mereka. Karena itu mereka menentukan 12 Imam, yaitu :

No Nama Imam Wafat Tahun
1 Ali bin Abi Thalib 41 H / 661 M
2 Hasan bin Ali bin Abi Thalib 49 H / 669 M
3 Husein bin Ali bin Abi Thalib 61 H / 680 M
4 Ali bin Husein Zaenal Abidin 94 H / 712 M
5 Muhammad Al-Baqir 113 H / 713 M
6 Ja’far Ash-Shadiq 146 H / 765 M
7 Musa Al-Kadzim 183 H / 799 M
8 Ali Ar-Ridha 203 H / 818 M
9 Muhammad Al-Jawad 221 H / 835 M
10 Ali Al-Hadi 254 H / 868 M
11 Hasan Al-Askari 261 H / 874 M
12 Muhammad Al-Muntazhar (Al-Mahdi 265 H / 878 M

Pihak Syi’ah meyakini bahwa Imam-Imam ini ma’shum (terjaga
dari salah dan dosa) dan yang paling berhak melaksanakan Imamah. Hanya
dalam perkembangan Syi’ah terjadi perbedaan ketika menentukan siapa Imam setelah Ali Zainal Abidin, apakah Zaid bin Ali atau Muhammad Al-Baqir.
Karena itu, Syi’ah terbagi dua, yang pertama disebut Syi’ah Imamiyah.Dan yang kedua, disebut Syi’ah Zaidiyah. Keduanya adalah bersaudara.
Demikian pula ketika menentukan Imam ketujuh, karena Ja’far Ash-Shadiq
mempunyai beberapa orang anak pria, di sini Syi’ah Imamiyah menentukan
Musa Al-Kadzim, sedangkan Syi’ah Ismailiyah mengikuti Ismail bin Ja’far [7].

Di luar tiga golongan Syi’ah tersebut, terdapat Syi’ah Ekstrim yang
menyatakan  bahwa Ali bin Abi Thalib ra itu sebagai tuhan dan tidak mati terbunuh (faham sesat dari Syi’ah Saba’iyah) dan menyatakan bahwa
Al-Qur’an seharusnya turun pada Ali bin Abi Thalib ra., tetapi karena
kekeliruan malaikat Jibril, diberikan kepada Muhammad SAW (faham sesat
dari Syi’ah Gusabiyah) [8].

Referensi Utama Syi’ah
Adaempat rujukan utama Syi’ah untuk membangun madzhabnya. Pertama, Al-Kafi. Pengarangnya Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq Al-Kulaini, ulama Syi’ah terbesar di zamannya.  Dalam kitab itu terdapat 16199
hadits. Buku ini oleh kalangan Syi’ah yang paling terpercaya dari
keempat rujukan itu.
Kedua, “Man Laa Yahdhuruhul Faqih”, dikarang oleh Muhammad bin Babawaih Al-Qumi. Terdapat didalamnya 3913 hadits musnad dan 1050 hadits mursal. Ketiga, “At-Tahdzib”. Kitab fiqih ini dikarang oleh Muhammad At-Tusi yang dijuluki Lautan Ilmu.
Keempat, “Al-Istibshar”, oleh pengarang yang sama, mencakup 5001 hadits [9].

Pokok-Pokok Ajaran Syi’ah pada Periode Pertama
1. Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasululah SAW. adalah Ali bin Abi
Thalib, sesuai dengan sabda Nabi SAW. Karena itu para Khalifah dituduh
merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib ra.
2. Keyakinan bahwa Imam mereka ma’shum (terjaga dari salah dan dosa)
3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat
akan hidup kembali sebelum Hari Kiamat untuk membalas dendam kepada
lawan-lawannya, yaitu: Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Aisyah, dll.
4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia
ghaib, baik yang lalu mapun yang akan datang. Ini berarti sama dengan
menuhankan Ali dan Imam
5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan
oleh para pengikut Abdullah binSaba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar
oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar
bin Khaththab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80
ali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
7. Keyakinan mencaci maki para shahabat atau sebagian shahabat seperti Utsman bin Affan[10].
Pada abad kedua Hijriyah, perkembangan keyakinan Syi’ah semakin
menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat
keyakinanbakudan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyah
di Mesir dan dinasti Shofawiyah diIran. Terakhir aliran tersebut
terangkat kembali dengan revolusi Khomeini dan dijadikan aliran resmi
negaraIransejak 1979.
Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum
1. Pada Rukun Iman
Syi’ah hanya memiliki 5 rukun Iman –tanpa menyebut keimanan kepada
para Malaikat, Rasul, Qadha dan Qadar, yaitu : 1. Tauhid (keesaan Allah) 2. Al-‘Adl (Keadilan Allah). 3. Nubuwwah (Kenabian) 4. Imamah
(kepemimpinan Imam) 5. Ma’ad (Hari kebangkitan dan pembalasan)[11]
2. Pada Rukun Islam :
Syi’ah tidak mencantumkan Syahadatain dalam rukun Islam, yaitu: 1. Shalat 2. Zakat 3. Puasa 4. Haji 5. Wilayah (Perwalian) [12]
1. Syi’ah meyakinibahwa Al-Qur’an sekarang ini telah dirubah, ditambah atau dikurangi dari yang seharusnya. Seperti:
وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا في علي فأتوا بسورة من مثله [13]
    Ada tambahan “fii ‘aliyyin” dari teks asli Al-Qur’an yang berbunyi :
وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهداءكم من دون الله
إن كنتم صادقين (البقرة:23)
Karena itu mereka meyakini bahwa: Abu Abdillah as. (Imam Syi’ah)
berkat: “Al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril as. kepada Nabi Muhammad SAW. adalah tujuh belas ribu ayat [14]. Al-Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah [15]
1. Syi’ah meyakini bahwa para shahabat sepeninggal Nabi SAW. mereka
murtad kecuali beberapa orang saja seperti: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu
Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy[16]
2. Syi’ah menggunakan senjata taqiyyah yaitu berbohong, dengan cara menam-pakkan sesuatu yang berbeda dengan  yang sebenarnya, untuk mengelabui[17]
3. Syi’ah percaya kepada Ar-Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum Kiamat di kala Imam Ghaib
mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan
anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.
4. Syi’ah percaya kepada Al-Bada’ yakni tampak bagi Allah dalam hal
keImaman Ismail (yang telah dinobatkan keImamamnya oleh ayahnya Ja’far
Ash-Shadiq, tetapi kemudian meninggal di saat ayahnya masih hidup) yang
tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka, Allah boleh khilaf, tetapi Imam
mereka tetap ma’shum (terjaga)
5. Syi’ah membolehkan Nikah Mut’ah (Nikah Kontrak) dengan jangaka waktu tertentu[18]. Padahal itu telah diharamkan oleh Rasullullah SAW. yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri.
Perkembangan Syi’ah di Dunia
Menurut Ensiklopedi Islam, bahwa: “Faham Syi’ah dianut oleh sekitar
dua puluh persen dari umat Islam dewasa ini. Penganut faham Syi’ah
tersebut di negara-negara Iran, Iraq, Afghanistan, Pakistan, India,
Libanon, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, bekas negara Uni Sovyet, serta
beberapa negara Amerika dan Eropa” [19]
***
 Bahan Rujukan :
1.  Ensiklopedi Islam, PT. Ikhtiar Baru Van Hoekl,Jakarta, Th 1997, Cet. 4, Juz 5
1. Muhammad bin Ya’kub Al-Kulaini, Al-Ushul Minal Kafi, Juz I
2. Dr. Nashir Al-Qufari, Ushul Madzhab Syi’ah Imamiyah, tanpa cetakan, th. 1415 H/1994 M, Cet.  2
1. Ensiklopedi Indonesia, Juz 6,[1] Lihat: Abdullah bin Saba’, Dr. Sulaiman Al-Audah
2.  Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI, Th. 1418 H/1998 M, Cet. I
1. Muhammad Shadiq Ash-Shadr, Asy-Syi’ah Al-Imamiyah,Cairo, Mathba’atun Najah, th. 1402 H/1982 M, Cet II
2. 7.      Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Dirasat Fil Ahwa’ wal Firaq wa Mauqifus Salaf Minha 
3. Lihat: Muhammad Ridho Mudzaffar, Al-‘Aqaidul Imamiyyah
4. Fashlul Khithab, An-Nury Ath-Thibrisy
5.  Ar-Raudhah minal Kafi, Juz VIII
6.  Tafsir Minhajus Shodiqin, Juz II, hal 493
________________________________

[1]  Ensiklopedi Islam, PT. Ikhtiar Baru Van Hoekl,Jakarta, Th 1997, Cet. 4, Juz 5, hal 5
[2]  Muhammad bin Ya’kub Al-Kulaini, Al-Ushul Minal Kafi, Juz I, hal 437
[3]  Dr. Nashir Al-Qufari, Ushul Madzhab Syi’ah Imamiyah, tanpa cetakan, th. 1415 H/1994 M, Cet.  2, hal. 64
[4]  Ensiklopedi Islam, Juz 5, hal 5
[5]  EnsiklopediIndonesia, Juz 6, hal 306
[6] Lihat: Abdullah bin Saba’, Dr. Sulaiman Al-Audah
[7]  Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI, Th. 1418 H/1998 M, Cet. I, hal 52
[8]  EnsiklopediIndonesia, Juz 6, hal 3406
[9]  Muhammad Shadiq Ash-Shadr, Asy-Syi’ah Al-Imamiyah,Cairo, Mathba’atun Najah, th. 1402 H/1982 M, Cet II, hal 130-134
[10]  Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Dirasat Fil Ahwa’ wal Firaq wa Mauqifus Salaf Minha, hal 237
[11]  Lihat: Muhammad Ridho Mudzaffar, Al-‘Aqaidul Imamiyyah
[12]  Al-Kafi, Juz II, hal 18
[13]  Al-Kafi, Kitabul Hujjah, Juz I, hal 417
[14]  Al-Kafi fil Ushul, Juz II, hal 634
[15]  Ibid, Juz I, hal 240-241 dan Fashlul Khithab, An-Nury Ath-Thibrisy
[16] Ar-Raudhah minal Kafi, Juz VIII, hal 245; dan Al-Ushul minal Kafi, Juz II, hal 244
[17] Al-Ushul minal Kafi, Juz II, hal 217
[18]  Tafsir Minhajus Shodiqin, Juz II, hal 493
[19]  Juz V, hal 5

Kerjasama Menurut Islam

Untuk menjadi bangsa yang luhur, kita harus menanamkan nilai-nilai luhur dari bangsa kita sendiri. Kekayaan budaya, suku, bahasa, ras dan agama menjadikan Bhineka Tunggal Ika (biarpun berbeda tetapi tetap satu Indonesiaku) harus selalu dijunjung diatas segalanya. Telah banyak darah tumpah tuk membela sang saka merah putih dan menyatukan keanekaragaman budaya, suku, bahasa, ras dan agama tersebut demi tercapainya kemerdekaan Indonesia tercinta. Kerukunan sejatinya adalah modal dasar manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin berkelompok. Sebab, kerukunan merupakan media untuk mengumpulkan energi positif. Energi positif inilah yang sangat diperlakukan untuk membangun kehidupan sosial kea rah yang lebih baik, dalam bentuk pembangunan. Bayangkan saja bila kerukunan tak dibentuk, energi positif akan terus berbenturan dengan energi negatif, yang berakibat mundurnya proses pembangunan bangsa.
Selain kerukunan, hal lain yang tak boleh diabaikan adalah masalah kekompakan. Sebab, rukun, tak selalu kompak. “Manusia bisa saja rukun, meski berbeda pendapat, namun kekompakan membutuhkan kesamaan pendapat, visi, sampai bagaimana memulai dan mengakhiri pekerjaan,”
Ada enam thobi’at luhur sebagai bagian dari akhlakul karimah yang harus dimiliki orang yang beriman untuk dijadikan sikap hidup (karakter) yang harus dikedepankan ketika melakukan kehidupan bersama, maupun sebagai watak pribadi yang mewarnai kehidupan sehari-hari. Dari enam thobi’at luhur itu tiga diantaranya merupakan thobi’at atau perilaku yang harus diwujudkan dalam kehidupan bersama yaitu rukun, kompak dan kerja sama yang baik. Sedangkan tiga yang lainnya merupakan watak atau thobi’at yang harus dimiliki dan diamalkan oleh tiap-tiap pribadi orang beriman yaitu jujur, amanah dan mujhid muzhid.

1. Rukun

Sewaktu Nabi Adam AS diturunkan ke dunia, Allah telah menyebutkan bahwa anak cucu Adam nanti akan bermusuhan satu sama lain. Adalah Allah yang memberikan nikmat terhadap sebagian anak cucu Adam untuk dirukunkan hatinya, dihidupkan dalam kehidupan bersama dalam nuansa persaudaraan seiring dengan keimanan atau hidayah. Allah berfirman :

 وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَنًا …الأية * سورة ال عمران اية ١٠٣

Dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian, ketika kalian bermusuhan, kemudian Allah menyatukan hati kalian sehingga kalian menjadi bersaudara sebab nikmat-Nya… (QS. Ali Imron : 103).
Kerukunan yang diberikan Allah kepada orang beriman adalah kerukunan lahir dan batin. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman apabila terjadi kerukunan hanya lahirnya saja, yaitu karena sama-sama mempunyai kepentingan yang menurut kalkulasi mereka perlu kebersamaan untuk mewujudkannya. Sedang dalam hati mereka saling curiga, saling dengki, ingin lebih untung daripada yang lain, dsb.Rukun adalah suatu sifat atau thobi’at orang beriman yang tidak mempunyai uneg-uneg, prasangka buruk, dengki, iri hati kepada sesamanya. Saling mengasihi serta bantu-membantu dalam kebaikan, tolong menolong, kuat memperkuat, saling mendoakan yang baik dan bersikap ramah terhadap sesama. Firman Allah dalam Al Qur’an : 

وَأَطِيْعُوا اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَلاَ تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْآ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ * سورة الأنفال ٤٦

Dan thoatlah kalian kepada Allah dan Rosul-Nya dan janganlah kalian berselisih (tidak rukun) maka kalian menjadi gentar (takut) dan hilanglah kekuatan kalian, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Anfaal : 46)

2. Kompak

Kompak adalah bersama-sama melakukan kegiatan ibadah dengan giat, senang, seia sekata. Lazimnya kompak akan berhasil diwujudkan bila didukung dengan rukun terlebih dahulu. Dalam suasana tidak rukun sulit kiranya dilakukan kegiatan bersama. Namun demikian keadaan tidak kompak juga bisa terjadi karena terdapat persepsi yang berbeda mengenai kegiatan tersebut. Untuk mengatasi hal ini perlu penjelasan yang sejelas-jelasnya dan lebih terperinci terutama yang menyangkut operasionalnya guna meniadakan hal-hal yang dapat menimbulkan multi tafsir. Allah berfirman :

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ فِى سَبِيْلِهِ صَفاًّ كَأَنَّهُمْ بُنْياَنٌ مَّرْصُوْصٌ * سورة الصف

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dengan berbaris bagaikan bangunan yang tersusun kokoh (QS. As Shof : 4)
Sehubungan dengan kemampuan sesorang tidak sama, maka diperlukan praktek kekompakan guna membangun solidaritas atau kesetiakawanan terhadap sesama. Seperti kalau ada yang sakit sama-sama dibesuk, kalau ada yang meninggal sama-sama dilayat. Semua itu merupakan kegiatan yang menunjukkan kekompakan.

3. Kerja Sama yang Baik

Kerja sama yang baik adalah sikap orang beriman yang saling peduli, saling mendukung, saling melancarkan, tidak jegal-menjegal, tidak jatuh-menjatuhkan, tidak rugi-merugikan dan tidak saling memfitnah. Kerja sama yang baik juga mengandung arti kerja sama dalam hal kebaikan yang sama-sama dikerjakan dengan baik untuk mendapatkan kebaikan bersama. Firman Allah SWT :

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ … الأية * سورة المائدة

Dan tolong menolonglah kalian atas kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah tolong menolong atas dosa dan permusuhan… (QS. Al Maidah : 2)
Demikian pula kerja sama yang baik bukan sekedar yang penting sama-sama bekerja, akan tetapi ada pembagian tugas sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Tidak memberi tugas kepada yang bukan ahlinya, sehingga diharapkan mendapat hasil yang optimal.

4. Jujur

Jujur adalah sikap orang iman yang apabila berkata benar, tidak dusta, tidak menipu. Jujur atau shiddiq adalah salah satu sifat kenabian di samping amanah, tabligh dan fathonah. Berbahagialah orang yang dikaruniai watak jujur karena hidupnya akan tenteram dan damai karena sikapnya yang polos, tidak dibuat-buat, tidak ada kepalsuan, tidak ada dusta, tidak menipu sehingga tidak ada beban karena khawatir terbongkarnya sesuatu yang disembunyikan dalam dirinya. Sesungguhnya ketika seseorang tidak jujur, sebenarnya dia telah menciptakan perang dalam hati nuraninya sendiri.

5. Amanah

Amanah adalah sikap pribadi orang beriman yang artinya bisa dipercaya dan menjaga kepercayaan, tidak khianat dan menyampaikan hak kepada yang berhak menerimanya. Amanah juga merupakan sifat kenabian, bahkan Nabi Muhammad SAW sebelum menjadi nabi telah mendapat gelar Al-Amin (orang yang dapat dipercaya). Firman Allah SWT :

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّو اْلأَمَاناتِ إِلىَ أَهْلِهَا … الأية * سورة النساء ٨٥ 

Sesungguhnya Allah memerintah kepada kalian untuk menyampaikan amanat-amanat kepada ahlinya (yang berhak menerima). (QS. An Nisaa’ : 58)

يَآ أَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا لاَتَخُوْنُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ * سورة الأنفال

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rosul dan janganlah mengkhianati amanat-amanat (yang dipercayakan) kalian, sedang kalian mengetahui. (QS. Al Anfaal : 27) 

6. Mujhid Muzhid

Seseorang dapat dikatakan hidupnya mujhid apabila dalam kehidupan sehari-hari kerjanya giat, semangat dan cukup sesuai dengan jenis kerja tersebut. Seseorang dikatakan muzhid apabila kehidupan sehari-harinya mengatur penghasilan dengan hidup hemat, tidak boros dan dapat mengukur kemampuannya. Ada dua cara yang lazim bagi seseorang agar terpenuhi kebutuhannya yaitu menambah penghasilan atau mengurangi pengeluaran. Bila kedua cara itu ditempuh sekaligus bersama-sama maka artinya ia sedang praktek mujhid muzhid. Sabda Rosulullah SAW :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُزْهِدُ الْمُجْهِدُ * رواه أحمد

Sungguh beruntung orang yang tirakat (hidup hemat) dan mempersungguh (bekerja giat) (HR. Ahmad)

Rabu, 11 Januari 2012

Belajar Psikologi dari "James Bond"

Siapa yg tidak kenal dengan agen rahasia asal Inggris yg terkenal dengan 007 atau James Bond. Pasti anda pernah menonton film James bond seperti Die Another Day, Quantum of Solace, Casino Royale, dll. Walaupun ini hanyalah film yg pada dasarnya fiksi, tetapi menurut saya, kita masih dapat mengambil beberapa value dari film James Bond. 
Cool and calm dalam menghadapi musuh, itulah Bond, James Bond. Ketika dia menghadapi baku tembak dengan teroris, dia tau dia akan menang. Bond dikenal selalu bisa meloloskan diri dari keadaan terjepit dan itu membuatnya ditakuti musuh. Dan karena sikap cool and calm-nya tersebut dia juga gampang mendapatkan cewek-cewek cakep dengan gampang
Sebaik apapun strategy atau rencana kita dalam hidup, apabila kita tidak se- “cool and calm” James Bond, maka hidup kita akan banyak mengalami kegagalan (jadi, tetaplah tenang mengahadapinya ).
Menjaga kestabilan psikologi dalam kehidupan sehari-hari menjadi tes dari waktu ke waktu. Semua orang dituntut untuk bisa tetap tenang dalam menghadapi fluktuasi yang terjadi di kehidupannya.
Stay cool under pressure
Ketika Bond harus meloncat diantara dua gedung tinggi, dia tau dia bisa melakukannya. Tidak ada rasa ragu-ragu didalam keputusannya.
Dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus mengesampingkan rasa ragu, serakah dan rasa takut. Orang yang terlibat secara emosional dalam hidup seringkali membuat suatu kesalahan yang fatal dan tidak perlu.
Seringkali kita menjadi tidak disiplin setelah beberapa kali berhasil melakukan sesuatu, ataupun terlalu cepat berganti-ganti strategi atau rencana setelah gagal dalam satu hal. Salah satu kunci penting ialah mampu untuk mengatasi faktor emosi yang terjadi dalam masalah dan tidak terjerumus didalamnya.
Know when to take a Break
Ketika kita dalam posisi terpuruk atau sedang "down", pikirkanlah untuk berhenti sejenak sebelum rasa takut dan kecewa mendominasi rencana yang telah kita buat. Tidak semua hal yang kita lakukan bisa berjalan mulus sesuai rencana, karena ada pepatah yang bilang "Manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan". Untuk itu, semua orang harus mampu menerima kekalahan.
Kita bisa beristirahat beberapa hari tanpa harus memikirkan masalah untuk membersihkan pikiran dan “mengobati” rasa bersalah kita. Dengan tetap terus melakukan hal secara membabi buta dalam "memperbaiki kesalahan" kita seringkali justru menghasilkan "kesalahan" yang lebih besar, dan menghancurkan psikologi kita.
Selalu ada hari esok, melalui pengembangan risk and reward ratio yang tepat, kita dapat “membayar” kesalahan yang kita buat.

VISI Hidup Mu'min

Visi adalah canangan masa depan dengan sederet perencanaan dan strategi serta taktik untuk mencapainya. Visi bukan hanya sekedar membangun mimpi dengan kata-kata yang tak akan terjadi dalam dunia nyata. Sebagai seorang mukmin visi hidup kita adalah yang dipilihkan Allah untuk para mukmin yaitu 'Iyyaka na'bud wa iyyaka nasta'in' (hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan), makna aplikatifnya adalah fokus pada aktivitas dan capaian-capaian yang memperjumpakan kita dengan Allah saja, maksudnya, jangan kerjakan pekerjaan yang tidak memperjumpakan kita dengan Allah atau ubah paradigma bekerja selama ini yang dominan berorientasi uang dan materi dengan menjadikan pekerjaan kita sebagai sarana mencari ampunan
(maghfirah) dan kasih sayang (rahmah) Allah saja, ciptakan suasana keseimbangan hidup antara spiritual dengan material, raih kebahagiaan dunia yang memberikan efek keselamatan dan kejayaan akhirat. Untuk mencapai visi perjumpaan dengan Allah tersebut cuma ada satu jalan yaitu meniti jalan yang lurus 'ihdinash shiratahal mustaqim' (hidayahkanlah hamba ke jalan yang lurus). Jalan lurus yang dimaksud adalah satu-satunya jalan yang dapat memperjumpakan kita dengan Allah, jalan itu adalah Qur'an dan Sunnah yang sahih.Sebagai seorang mukmin jangan jalani hidup dengan visi dan pola yang tingkatannya coba-coba atau menyontoh mereka yang belum jelas kesuksesan hidupnya baik di dunia maupun akhirat, misalnya mereka yang bervisi 'muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk sorga'. Visi hidup orang ini hanya ada dalam dunia kata yang tak akan pernah terjadi dalam kenyataan dunia apalagi akhirat. Sebagai mukmin kita telah dipilihkan Allah sosok terbaik untuk kita contoh, yaitu orang-orang yang telah dinilai sukses oleh Allah; para Nabi, Shiddiqin, Syuhada' dan Shalihin (An-Nisa, 69). Mereka yang telah dinilai sukses oleh Allah ini memiliki dua program besar hidup; Ibadah dan dakwah, hidup utuk Ibadah memperjumpakan hamba dengan Allah, hidup untuk berdakwah adalah mengajak manusia menjumpai Allah. Begitulah program hidup orang elit dunia ini.
Wallahu a'lam bish shawab.
Bachtiar Nasir

Belajar mengakui kesalahan

Oleh Tate Qomarudin, Lc

Dari Abi Hurairah (semoga Allah meridhainya) berkata, telah bersabda Rasulullah Saw., ‘Barangsiapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya baik menyangkut kehormatannya maupun sesuatu yang lain, maka hendaklah dia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (Kelak) jika dia mempunyai amal saleh, akan diambil darinya seukuran kezalimannya. Dan jika dia tidak mempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudaranya (yang dizalimi) kemudian dibebankan padanya.’” (H.R. Al-Bukhari)

Sebelum kita mengupas dan memetik pelajaran dari hadits tersebut di atas, mari kita perhatikan sebuah kisah yang menggambarkan bagaimana Rasulullah Saw. sendiri melaksanakan yang beliau ajarkan kepada umatnya.

Pada saat turun surat An-Nashr, Rasulullah Saw. berkata kepada malaikat Jibril, “Jiwaku telah diberi isyarat kematian.” Sang Penyampai Wahyu menjawab, “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” Seraya Rasulullah Saw. memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan, memanggil manusia untuk shalat.

Berhimpunlah segenap kaum muslim yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar. Setelah shalat dilaksanakan, Rasulullah Saw. berdiri untuk memberi arahan dan wejangan. Isak tangis dan lelehan air mata para sahabat tak tertahankan lagi demi mendengar nasihat yang mengisyaratkan bahwa tak akan lama lagi Beliau akan meninggalkan alam fana.

“Demi Allah, aku mohon kepada kalian, siapa di antara kalian yang merasa pernah dizalimi olehku, majulah padaku dan balaslah aku,” pinta Rasulullah Saw. usai memberikan nasihat. Semua hening, terdiam, tidak ada yang berkata apa pun terlebih lagi maju ke hadapan Rasulullah. Rasul mulia mengulanginya lagi. Masih sama, semua terdiam, hening, tidak ada yang bersuara, konon lagi maju ke hadapan Rasulullah Saw.

Rasul mengulangi untuk yang ketiga kali dan kali ini ia berkata, “Demi Allah, aku mohon kepada kalian, siapa di antara kalian yang merasa pernah dizalimi olehku, majulah padaku dan balaslah aku, sebelum aku mendapatkan pembalasan di hari kiamat.” Kali ini, tiba-tiba seseorang menyeruak dari kerumunan. Seorang lelaki tua, Ukkasyah namanya.

“Ya Rasulullah, jika bukan karena engkau mengulangi permintaan itu berkali-kali, aku tidak akan menghadap kepadamu,” ia mulai berkata. “Dulu pada suatu peperangan dan kita pulang dengan kemenangan, dalam perjalanan pulang, untaku mendekati untamu. Lalu aku turun untuk mencium pahamu tapi engkau mengangkat sebilah dahan kayu lalu memukul pinggulku. Dan aku tidak tahu apakah engkau bermaksud memukulku atau memukul unta,” sambungnya.

“Aku memperlindungkan dirimu dengan keagungan Allah, bagaimana mungkin seorang utusan Allah sengaja memukul,” jawab Rasulullah Saw. Beliau kemudian memerintahkan seseorang untuk mengambil sebilah dahan kayu yang sudah diraut halus dari rumahnya.

Setelah batang dahan kayu itu ada di tangannya, beliau menyerahkannya kepada Ukkasyah. Saat Abu Bakar dan Umar melihat hal itu, bangkitlah mereka seraya berkata, “Inilah kami berdua di hadapanmu, wahai Ukkasyah. Balaskanlah kepada kami, jangan kepada Rasulullah Saw.”

Melihat hal itu, Rasulullah Saw. berkata, “Wahai Abu Bakar, pergilah. Wahai Umar, pergilah. Allah sungguh telah mengetahui kedudukan dan posisi kalian.” Lalu bangkitlah Ali bin Abi Thalib seraya berkata, “Wahai Ukkasyah, inilah aku masih hidup di hadapan Rasulullah Saw. dan aku tak akan sampai hati melihat Rasulullah Saw. dipukul. Inilah punggunggku dan inilah perutku. Balaskanlah kepadaku dengan tanganmu dan cambuklah aku seratus kali, jangan kau membalas kepada Rasulullah Saw.” Rasulullah Saw. meresponnya dengan berkata, “Wahai Ali, duduklah. Allah sungguh telah mengetahui kedudukanmu dan niatmu.” Tidak lama kemudian, bangkitlah Hasan dan Husain, cucu Rasulullah. “Wahai Ukkasyah, bukankah engkau tahu bahwa kami adalah cucu Rasulullah Saw.? Maka bila engkau membalaskan kepada kami maka akan sama dengan membalas kepada Rasulullah Saw.,” pinta mereka. Berkatalah Rasulullah Saw., “Duduklah kalian wahai penyejuk jiwaku. Allah pasti tidak akan melupakan posisi kalian ini.”

Rasulullah Saw. kemudian berkata, “Wahai Ukkasyah, pukullah jika engkau mau memukul.” Ukkasyah menjawab, “Wahai Rasulullah, engkau dulu memukulku dalam keadaan perutku tidak tertutup pakaian.” Maka Rasul pun menyingkapkan pakaian dari perutnya. Melihat adegan itu, semua orang yang hadir menangis dan saling berkata, “Tegakah Ukkasyah memukul Rasulullah Saw.?”

Namun apa yang dilakukan Ukkasyah? Begitu Rasulullah Saw. menyingkapkan pakaian dari perutnya, Ukkasyah malah memeluk dan mencium perut Rasulullah Saw. seraya berkata, “Demi Allah, siapa yang akan sampai hati membalas engkau wahai Rasulullah.” Namun Rasulullah Saw. berkata, “Engkau harus memukulku atau memaafkanku.” Apa jawaban Ukkasyah? Ukkasyah (semoga Allah meridhainya) menjawab, “Sungguh aku telah memaafkan engkau dengan harapan Allah pun memaafkanku pada hari kiamat.”

Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa yang berkenan melihat pendampingku di surga, lihatlah orang tua ini.” Sejurus kemudian, berkerumunlah orang-orang mengitari dan menciumi Ukkasyah. Sebagian mereka mengatakan, “Berbahagialah engkau. Engkau mendapat derajat tinggi dan engkau menjadi pendamping Rasulullah Saw. di surga.”

Dari hadits di atas dan penjelasan langsung melalui perilaku Rasulullah Saw. dalam berinteraksi dengan para sahabatnya, kita dapat menarik beberapa ibrah.

Pertama, Rasulullah Saw. begitu takut menghadap Allah dalam keadaan membawa dosa kezaliman kepada sesama manusia.
Karenanya, Rasulullah pun mengingatkan kepada kita sebagai umatnya agar jangan sampai meninggal dunia dalam keadaan membawa dosa akibat kezaliman terhadap sesama hamba.

Dengan gamblang, hadits yang sedang kita kaji ini menggambarkan bahwa urusan kezaliman kepada sesama manusia tidak akan berakhir dengan berakhirnya kehidupan seseorang. Bahkan tidak akan dihentikan perkaranya dengan kehancuran alam semesta.

Dosa semacam itu akan terus mengikuti sang pelaku selama belum mendapatkan permaafan atau penghalalan (pemutihan) dari pihak yang menjadi korban. Setiap orang yang pernah menjadi korban kezaliman akan menuntut balas di hari akhirat, di hadapan hakim Yang Maha Adil.

Jika Rasulullah Saw. sedemikian mengkhawatirkan dirinya kembali kepada Sang Pencipta dengan membawa hutang kezaliman, selayaknyalah kita merasa lebih cemas lagi. Rasul yang amal ibadahnya berada pada puncak kesempurnaan. Rasul yang pahala kebaikannya, amal salehnya, perjuangannya, dan pengorbanannya tidak mungkin ditandingi oleh siapa pun. Dan Rasulullah pula yang merasa amat takut jika dosa-dosa akibat kezaliman menggerogoti semuanya.

Lalu, apa yang kita punya? Seberapa banyak amal yang kita punya? Setinggi apa tabungan ibadah dan amal saleh yang sudah kita himpun? Hitunglah, bila semua amal yang sudah kita lakukan itu harus diambil guna melunasi hutang akibat dosa-dosa kezaliman, berapa yang masih tersisa?

Kezaliman yang disebut dalam hadits tersebut di atas amat banyak bentuk dan jenisnya. Jangan bayangkan kezaliman hanya dalam bentuk kesewenang-wenangan penguasa kepada rakyatnya. Setiap orang berpeluang terjebak melakukan sikap zalim kepada orang lain karena kata zalim bermakna sikap apa pun yang menunjukkan perbuatan meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Maka, membersihkan diri dari dosa kezaliman sebelum Allah memanggil kita ke haribaan-Nya adalah sikap yang bijak.(Bersambung)

Sumber : majalah percikan iman

Selasa, 03 Januari 2012

Meneladani Akhlak Rasulullah

Al Husain cucu Rasulullah menuturkan keluhuran budi pekerti Rasulullah.
Ia berkata: “Aku bertanya pada ayahku (Ali bin Abi Thalib) tentang adab dan etika Rasulullah terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau”
Ayahku (Ali bin Abi Thalib) menuturkan,
“Beliau senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya.
Siapa saja yang mengharapkannya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas.
Beliau meninggalkan tiga perkara: riya’, berbangga-bangga diri, dan hal yang tidak bermanfaat.
Dan beliau menghindarkan diri dari mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala.
Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyu’).
Jika beliau diam, barulah mereka berbicara.
Mereka tidak pernah membantah sabda beliau.
Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara.
Pembicaraan mereka di sisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja.
Beliau tertawa bila mereka tertawa.
Beliau takjub bila mereka takjub.
Dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu untuk memetik faedah.
Beliau bersabda: “Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia”.
Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya.
Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seseorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majelis”
(HR. Tirmidzi)

Pertanyaan nya.. Sudah berapa persenkah kita meneladani akhlak beliau? Tidak perlu dijawab secara lisan maupun tulisan, hanya perlu diingat bahwa akhlak yang buruk akan menyeret kita sebagai orang yang merugi di akhirat kelak.

Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”.
Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta”.
Beliau lalu menjelaskan, “orang yang bangkrut di antara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa shalat, puasa dan zakatnya. Namun ia pernah mencela orang, mencaci orang, memakan harta orang, memukul dan menumpakan darah orang. Maka iapun harus memberikan pahala baiknya kepada orang-orang itu. Jika amal baiknya sudah habis sebelum dibayar semua, diambillah dosa mereka untuk diberikan kepadanya. Maka iapun dilemparkan ke neraka.”
(HR. Muslim dan Tirmidzi)

Semoga bisa menjadi bahan renungan bersama dalam meneladani akhlak Rasulullah.. J

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Keutamaan Bulan Muharram

oleh Tim Kajian Dakwah Al Hikmah
alhikmah.ac.id – Dalam Islam, antara bulan satu dan bulan lainnya mempunyai kekhususan tertentu. Apa saja keutamaan bulan Muharram?
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Oleh karena itu salah satu momentum yang sangat penting bagi umat Islam yaitu menjadikan pergantian tahun baru Islam sebagai sarana umat Islam untuk muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang lebih baik lagi. Momentum perubahan dan perbaikan menuju kebangkitan Islam sesuai dengan jiwa hijrah Rasulullah saw dan sahabatnya dari Makkah dan Madinah.
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah. Empat bulan tersebut adalah, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Allah Ta’ala berfirman yamg artimya: “Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram,” (QS. At Taubah: 36)
Kata Muharram artinya ‘dilarang’. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang, bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.
Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan Nabi Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah saw menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah.
Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga berpuasa. Puasa 10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah menjadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda: Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi saw ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “ Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah. Rasul saw berkata, “Aku lebih berhak mengikuti Musa as daripada mereka.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa” (HR Bukhari).
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)
Walaupun ada kesamaan dalam ibadah, khususnya berpuasa, tetapi Rasulullah saw memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura.
Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal: 9 dan 10, atau 10 dan 11. Ketiga, puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah saw memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para shabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).
Landasan puasa tanggal 11 Muharram didasarkan pada keumuman dalil keutamaan berpuasa pada bulan Muharram. Di samping itu sebagai bentuk kehati-hatian jika terjadi kesalahan dalam penghitungan awal Muharram.
Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu baik untuk dilakukan.
Demikian juga sebagian umat Islam menjadikan bulan Muharram sebagai bulan anak yatim. Menyantuni dan memelihara anak yatim adalah sesuatu yang sangat mulia dan dapat dilakukan kapan saja. Dan tidak ada landasan yang kuat mengaitkan menyayangi dan menyantuni anak yatim hanya pada bulan Muharram. Wallohu alam bi shawwab.