Selasa, 03 Januari 2012

Meneladani Akhlak Rasulullah

Al Husain cucu Rasulullah menuturkan keluhuran budi pekerti Rasulullah.
Ia berkata: “Aku bertanya pada ayahku (Ali bin Abi Thalib) tentang adab dan etika Rasulullah terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau”
Ayahku (Ali bin Abi Thalib) menuturkan,
“Beliau senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya.
Siapa saja yang mengharapkannya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas.
Beliau meninggalkan tiga perkara: riya’, berbangga-bangga diri, dan hal yang tidak bermanfaat.
Dan beliau menghindarkan diri dari mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala.
Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyu’).
Jika beliau diam, barulah mereka berbicara.
Mereka tidak pernah membantah sabda beliau.
Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara.
Pembicaraan mereka di sisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja.
Beliau tertawa bila mereka tertawa.
Beliau takjub bila mereka takjub.
Dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu untuk memetik faedah.
Beliau bersabda: “Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia”.
Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya.
Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seseorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majelis”
(HR. Tirmidzi)

Pertanyaan nya.. Sudah berapa persenkah kita meneladani akhlak beliau? Tidak perlu dijawab secara lisan maupun tulisan, hanya perlu diingat bahwa akhlak yang buruk akan menyeret kita sebagai orang yang merugi di akhirat kelak.

Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”.
Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta”.
Beliau lalu menjelaskan, “orang yang bangkrut di antara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa shalat, puasa dan zakatnya. Namun ia pernah mencela orang, mencaci orang, memakan harta orang, memukul dan menumpakan darah orang. Maka iapun harus memberikan pahala baiknya kepada orang-orang itu. Jika amal baiknya sudah habis sebelum dibayar semua, diambillah dosa mereka untuk diberikan kepadanya. Maka iapun dilemparkan ke neraka.”
(HR. Muslim dan Tirmidzi)

Semoga bisa menjadi bahan renungan bersama dalam meneladani akhlak Rasulullah.. J

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar